PKL Lombok [PART 2], Bukan Tentang Cinta, Tapi Hati Nurani sang Akademisi


Sebelumnya saya telah menjelaskan apa saja yang saya lakukan selama mengikuti kegiatan PKL di Pondok Pesantren Nurul Hakim. Nah, kali ini saya akan menjelaskan apa saja yang saya dapatkan selama mengikuti PKL di pondok tersebut. Banyak pengalaman saya dapatkan ketika mengikuti kegiatan PKL tersebut, mulai dari pembelajaran bahasa, nilai-nilai kemanusiaan  sampai dengan perjuangan sekalipun. Pondok Pesantren Nurul Hakim merupakan sebuah pesantren yang terkenal dengan ilmu kebahasaannya yakni Bahasa Arab maupun Bahasa Inggris. Saya pun merasakan secara langsung bagaimana Bi’ah Arabiyyahdi pesantren tersebut. Setiap hari di sepanjang jalan, kantor, ruang kelas, bahkan sampai pedagang keliling pun berbicara menggunakan Bahasa Arab. Fenomena tersebut mengajarkan kepada saya bahwa jika kita memang ingin dapat benar-benar mahir berbahasa Arab, maka haruslah bahasa tersebut kita praktikan dalam kehidupan sehari-hari dan membuat lingkungan berbahasa di sekitar kita.
            Banyak hal yang menginspirasi saya selama mengikuti PKL di Lombok ini, yaitu meneladani para pejuang fi sabilillah itu, iya para ustadz/ah yang rela mengorbankan waktu dan tenaga untuk menyebarkan dakwah islam kepada masyarakat melalui madrasah. Sesuai dengan namanya MTs Dakwah Islamiyah Nurul Hakim menjadi lembaga pelopor dakwah islam di Pulau Lombok. Menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dalam bertuturkata dan berprilaku. Wajah teduh nan tentram Tuan Guru Muharror Mahfudz menjadi penyemangat kami dalam melaksanakan PKL di pesantren tersebut. Tuan Guru Muharror Mahfudz adalah pimpinan yayasan di Pondok Pesantren Nurul Hakim, dengan semangat dakwah beliau lah yang rela menelusuri daerah terpelosok Lombok sekalipun hanya untuk menyampaikan indahnya kalam ilahi kepada masyarakat disana.
            Terlebih lagi, dengan lingkungan di daerah tersebut yang benar-benar membuat saya tertegun, orang-orang ramai berbondong-bondong ke masjid, menyatukan hati untuk bersujud pada ilahi. Saling bertegur sapa dan menjunjung tinggi ukhuwah islamiyyah. Memang benar kata orang, pulau Lombok adalah pulau seribu masjid, tak jauh kaki melangkah terlihat bangunan megah berhadapan tegak berdiri dengan kokoh, iya masjid-masjid itu berdiri beriringan bukan untuk saling beradu keelokan, tapi justru saling melengkapi satu sama lain. Sungguh indah dan amat indah.
            Jika kita melihat lebih dalam lagi mengapa Pesantren ini sangat masyhur dengan julukan pondok bahasa-nya, hal tersebut memang didasari dengan program-program khusus yang diterapkan pihak pesantren diantaranya adalah kegiatan Muhadatsah setiap pagi di sekolah, yaitu dengan mengikuti dialog percakapan yang dipimpin oleh asatidz, hal tersebut berlangsung setiap hari mulai hari selasa sampai hari jumat. Disamping itu juga, para asatidz sendiri membiasakan satu sama lain berbicara bahasa arab walaupun bukan guru bahasa arab sekalipun, hal tersebut dikarenakan kebanyakan guru dari madrasah tersebut adalah alumni dari pesantren itu sendiri. Ditambah lagi dengan keseharian para santri di pondok yang mewajibkan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa arab satu sama lainya.
            Hal yang saya dapatkan selama mengajar di madrasah adalah bagaimana  saya dapat mengajarkan peserta didik dengan semangat dan ikhlas. Kebanyakan orang beranggapan bahwa bahasa arab adalah bahasa yang sulit untuk dipelajari, maka dari itu saya bertekad bagaimana menjadikan bahasa arab itu menjadi pelajaran yang mudah dan justru menyenangkan. Berbagai metode dan strategi pembelajaran yang saya terapkan agar pembelajaran bahasa arab menjadi menarik dan menyenangkan. Saya pun pernah mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, karena terdapat materi yang cukup sulit untuk dipahami peserta didik, lalu saya pun berkonsultasi kepada guru pamong saya yaitu Ustadz Mujahiddin. Beliau merupakan guru bahasa arab kelas VIII di Madrasah, petuah-petuah beliau mampu mendorong semangat saya lagi untuk tetap mengajarkan bahasa arab walau sulit sekalipun,
Saya pernah bertanya “Ustadz, guru yang baik itu gimana sih tadz?”, dengan senyumanya yang khas beliau menjawab “menjadi guru yang baik itu adalah guru yang bisa menjadi idola bagi peserta didiknya, kenapa begitu? Iya kalau peserta didik sudah mengidolakan gurunya, maka fokus peserta didik pun akan selalu tertuju pada gurunya atau bahkan mampu membuat peserta didik sampai menunggu di pertemuan selanjutnya. Disamping itu juga, kebanyakan masalah yang saya temui dalam pembelajaran bahasa arab adalah banyak guru yang memaksa peserta didiknya untuk menghafal dan melarangnya bermain selama kegiatan pembelajaran berlangsunng. Padahal kita bisa menyiasati itu, yaitu dengan membuat mereka menghafal secara tidak langsung dengan apa yang kita ajarkan dan juga menjadikan bermainya mereka itu sebagai pembelajaran bagi diri mereka sendiri, dengan cara apa?, ya dengan permainan bahasa dan lain sebagainya”.
            Tiga minggu kegiatan pembelajaran telah berlangsung, saya pun sudah terbiasa dengan rutinitas harian di madrasah tersebut. Namun, tepat pada tanggal 29 Juli 2018 terjadi musibah yang menimpa masyarakat Lombok yaitu gempa bumi yang berskala 6.4 SR ditambah lagi gempa bumi yang terjadi pada tanggal 5 Agustus 2018 yang berskala 7 SR, gempa bumi itu pun berdampak besar bagi madrasah, dimana para orang tua khawatir dan membawa pulang anaknya secara paksa. Alhasil hanya ada beberapa santri yang menetap di madrasah. Teman-teman PKL pun tetap datang ke madrasah memberi motivasi dan trauma healing kepada adik-adik. Salah satu santriwati berkata kepada kakak-kakak PKL, “Kak, saya ingin pulang, rumah saya di Lombok Utara. Tapi kalau pulang saya bingung mau tinggal dimana, rumah saya sudah rata dengan tanah”.  Hati ini tertegun mendengarnya, tapi kami tetap berusaha memberi semangat kepada adik-adik.
            Melihat kondisi yang terjadi, kami pun berinisiatif menggalang dana untuk membantu korban gempa bumi di Lombok, selama tiga hari penggalangan dana yang kami lakukan. Alhamdulillah, terkumpul 10 juta rupiah. Kemudian dana bantuan tersebut kami serahkan kepada yayasan untuk segera dibelikan kebutuhan yang diperlukan. Tepat pada tanggal 12 Agustus 2018, perwakilan dari kami pun ikut bersama pihak yayasan untuk pergi ke pusat gempa untuk memberi bantuan secara langsung. Terdapat beberapa kecamatan yang kami kunjungi yaitu kecamatan Pamenang, Gangga dan Tanjung yang terletak di Kabupaten Lombok Utara. Selanjutnya, Kecamatan Bayan yang terletak di Kabupaten Lombok Timur. Banyak pelajaran yang saya dapatkan ketika berkunjung ke posko-posko pengungsian tersebut. Bahwa setiap musibah selalu ada hikmah yang bisa kita ambil untuk kebaikan masyarakat Lombok sendiri. Pada tanggal 14 agustus 2018 kami pun berpamitan kepada pihak madrasah dan kembali ke kota Malang.

Penulis: Muhammad Dzikrullah

Travel and Culinary Blogger, Copywriter, and Arabic Teacher.

Satu tanggapan pada “PKL Lombok [PART 2], Bukan Tentang Cinta, Tapi Hati Nurani sang Akademisi”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version