Narablog: Pahlawan Era Digital yang Terlupakan

Bedugul Bali 2017

   Menjadi narablog adalah hal remeh yang kebanyakan orang tak peduli, membuang-buang waktu, dan hanya untuk orang-orang yang tak ada kerjaan. Pikirku pada tahun 2015 silam, titik awalku dalam membuat sebuah blog. Berawal dari ekspresi kekecewaan seorang pemuda yang tulisannya tak kunjung terpampang dalam media cetak. Alasan bodoh itu membuatku tak mampu merasakan esensi penting dari sebuah blog. Selang tiga tahun kemudian blog yang ku buat ini sudah usang, kotor, dekil, tak terurus. Bahkan Google pun malu untuk memunculkannya di search engine-nya. Narablog adalah pekerjaan membuang-buang waktu dan tidak ada kerjaan. Mindset ini menancap di akar otakku yang paling dalam.
 
            Berusaha mengenyahkan pikiran jahatku tentang blog, aku pun dipertemukan dengan komunitas menulis di Malang. Sempat terbesit mungkin karyaku bisa nampang di media cetak melalui komunitas yang cukup terkenal ini. Namun, apa yang aku temukan di komunitas ini? Sebuah tamparan, tusukan, dan sayatan bertubi-tubi yang mecincang habis diriku ini. Mereka orang-orang yang terkenal itu adalah seorang narablog yang hebat. Aku pikir itu hanyalah pekerjaan untuk orang-orang yang tidak ada kerjaan. Tetapi mereka justru menjadikan blog sebagai media kebanggaan mereka untuk menulis. Seketika itu mindset-ku berubah, narablog tidak seburuk yang aku kira. Justru mereka adalah pahlawan era digital yang sangat berharga. Ketika tulisanmu tak kunjung terpampang pada media cetak, blog adalah satu-satunya media yang mengapresiasi tulisanmu dan menganggap bahwa kamu adalah seorang penulis.
 
            Berpetualang adalah hobiku, menyusuri sudut-sudut tempat indah diseantero Indonesia. Sayang rasanya jika tempat-tempat indah yang ku kunjungi hanya ku nikmati untuk diriku sendiri saja. Mereka orang-orang diluar sana pasti sedang mencari tahu bahwa banyak tempat-tempat indah yang bisa mereka kunjungi. Sekali lagi berbagi itu mengasyikan. Tak jarang aku melihat teman-teman sekitar “ayo ke wisata A ini, katanya bagus banget”. “apa itu? Coba cari di Google”. Alhasil tempat terakhir untuk mencari informasi adalah tulisan-tulisan di Google yang salah satunya juga berasal dari blog. Beruntunglah kau kawan, disana ada para narablog yang menulis wisata yang sedang kau cari itu agar kau tak buta arah dan punya pandangan dasar sebelum berwisata ke tempat itu. Setiap petualangan yang ku lakukan selalu meyisakan sebuah kenangan yang tak terlupakan. Sayang seribu sayang, jika kenangan indah itu tak ku torehkan dalam sebuah tulisan. Meskipun tak harus terpampang di koran tapi setidaknya membuatmu terkenang dan dibaca banyak orang.
 
            Blog sekali lagi membuatku keranjingan untuk menulis, secara tidak langsung melatih tulisan agar sesuai dengan tata bahasa dan segala tetek bengeknya. Alhamdulillah, melalui tulisan juga dapat menghantarkanku menuju tempat yang pernah ingin sekali ku kunjungi. Lombok, sebuah kegiatan sosial yang mengangkat tema youth camp for peace leader itu dilaksanakan di Lombok. Melalui tulisanku yang tak kunjung tercetak itu mampu menghantarkanku ke Lombok. Aku pun tak tahan lagi mencurahkan semua isi kepalaku ke dalam blog ini sebagai rasa bahagiaku yang tak terbendung lagi. Sekali lagi blog mau menerima tulisanku ini. Melalui blog banyak hal terjadi secara tak terduga, membuatku terus ketagihan untuk mendalami dunia itu.
 
            Tulisanku memang tak sepandai para penulis di media cetak, tapi setidaknya blog ini mampu membuatku bangga karena mau menerima ocehanku ini. Tak sedikit yang berucap kepadaku “Dzik, ajarin ngeblog dong”. Seketika itu juga ku keluarkan senyuman terindahku bertanda aku sangat senang akan permintaan itu. Alhasil kami pun saling berbagi informasi tentang blog. Baik masih pemula atau pun sudah memiliki blog sebelumnya tetapi belum bisa memanajemennya dengan baik. Sekali lagi, kau berhasil menunjukan kepada orang bahwa narablog adalah hal keren yang bisa orang lain lakukan juga. 
 
            Blog membuatku dapat menemukan sebuah passion yang selama ini kucari dan bersinergi saling melengkapi. Semua tulisan yang ku abaikan, semua petualangan yang telah ku lalui, semua langkah kaki yang terhenti tak bisa berbagi. Melalui blog semua itu saling bersinergi menjadi satu. Tulisan itu sudah tak terabaikan lagi, petualangan indahku terekam dalam tulisan dan membantu orang-orang yang mencari informasi akan hal itu. Tentunya semua itu bisa aku lakukan dalam tulisan-tulisan blogku. Menjadi narablog bukanlah sebuah pekerjaan yang tidak ada kerjaan. Benar layaknya Narablog Nodi satu ini juga, bahwa narablog sejatinya adalah seorang pahlawan era digital yang seharusnya diapresiasi banyak orang karena melalui replika jemari tuhannya yang indah mampu mebantu dan menginspirasi banyak orang.

            Hal-hal diatas lah merupakan pengalaman terhebatku selama menjadi narablog. Sehingga membuatku terus termotivasi untuk menulis, tak peduli dengan orang-orang yang berfikir buruk tentangku. Disana juga ada sebagian orang yang sedang membutuhkan. Berbuat baik itu sangatlah mudah salah satunya melalui tulisan blog. Bahkan bisa menjadi amal jariyah-mu kelak. Ketika kau sudah tidak ada di dunia lagi. Tapi tulisanmu tetap dibaca orang lain maka pahala kebaikanmu itu akan terus mengalir. Sekali lagi dengan menulis kau mampu menjadi manusia seutuhnya dan banggalah menjadi seorang narablog. 

Berikut merupakan hal-hal terhebat yang pernah ku lakukan dan tak lupa ku tuangkan sebuah pengalaman hebat itu dalam blog ini.

Pada tanggal 21 s.d 25 Januari 2018 kegiatan Lombok Youth Camp yang diikuti oleh 200 Pemuda/i se-Indonesia
Pada awal bulan Januari 2018, Alhadmulillah telah mengunjungi Jogjakarta dan kini telah ditulis dalam Lembaranko.com
Pada tanggal 26 s.d 29 Desember 2017, Alhadmulillah telah mengunjungi Pulau Bali dan kini telah ditulis dalam Lembaranko.com
Pada Bulan Juli sampai Agustus 2018, Alhadmulillah kembali mengunjungi Pulau Lombok  dan kini telah ditulis dalam Lembaranko.com
Karena sedang kuliah di Malang, jadi sempat beberapa kali eksplor wisata di Jatim dan masih banyak lagi tempat wisata yang belum disebutkan.
Setiap proses kehidupan akan selalu berjalan dan kini narablog adalah salah satu prosesku untuk menjadi lebih baik lagi di masa depan.

 

Penulis: Muhammad Dzikrullah

Travel and Culinary Blogger, Copywriter, and Arabic Teacher.

0 thoughts on “Narablog: Pahlawan Era Digital yang Terlupakan”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version