Kerumunan alat bermesin itu saling bersahutan satu sama lain, mereka memenuhi jalan tanpa ada celah bagi para manusia. Semua demi satu tujuan, kemungkinan besar tujuan mereka dan tujuan kami sama. Waktunya akan tiba sebentar lagi, mobil kami berhenti tepat di sebelah gedung megah favorit para pelancong penjuru negeri. Tak peduli berapa rupiah yang keluar, demi tercapainya tujuan. Kami menuruni mobil dan bergegas menuju hamparan luas perairan asin. Kami menyelinap melewati celah-celah kerumunan mesin berjalan. Mereka sang penguasa jalan tak ada tempat bagi para pejalan.
Putih bercahaya butiran-butiran yang elok di mata, hamparan sinar sang surya memantul di lautan bersublimasi menjadi refleksi alam yang indah. Di ujung lautan yang tak terbatas oleh mata, Mesin terbang berlalu lalang, samar-samar terlihat oleh mata. Mesin-mesin itu bergantian menapaki kakinya di pulau Bali. Mungkin tujuan mereka sama dengan kami atau mungkin juga tidak. Waktu masih lama, satu jam lagi momentum yang kami tunggu benar-benar akan terjadi. Yang satu asik bercumbu rayu dengan ombak yang menggoda mata yang satu tak bisa melewatkan dengan dokumentasi diri.
Ada dua lautan yang aku sadari di tempat ini. Pertama, tentulah lautan air asin yang menawan, warnanya biru bening berkelindan dengan pantulan cahaya, Ombaknya juga tak kalah menarik untuk di ekslpor. Kedua, terdapat lautan manusia yang berada di bibir pantai menyudutkan pandangan yang sama yaitu ke arah ufuk barat pantai, di sana matahari pelan tapi pasti sedang melambaikan tangannya kepada kami sebagai salah satu penikmatnya. Iya yang kami nanti telah datang untuk kami, tetapi sebenarnya kedatangannya itu justru bermakna pamit undur diri dari sang matahari. Kita tak pernah tahu akankah esok ia akan berpamitan semolek ini kepada kami. Atau mungkin para awan membentengi kemolekan sang matahari agar kami tak bisa melihatnya lagi. Kami menikmati setiap momen itu, mata kami tak berkedip untuk beberapa masa. Desiran ombak justru menjadi pemanis keindahan ini. Iya.. Sunset di Pantai Kuta Bali memang indah. Perpaduan warna alam melebur menjadi satu menjadi panorama yang mempesona.

Aku melihat beberapa wajah sumringah para orang-orang, mereka menikmati setiap momen yang terjadi, begitu juga dengan kami. Pukul 18.30 WITA matahari sudah resmi undur diri dan kini saatnya bulan yang unjuk gigi. Bulan mungkin iri pada matahari dimana banyak orang yang menunggu kehadirannya dan juga kepergiannya. Tetapi tidak dengan sang rembulan, bulan tak pernah kesal, buktinya ia tak pernah berhenti menyinari kami dalam kegelapan dan selalu hadir di tengah-tengah mimpi indah kami di malam hari. Namun kali ini kami sedang tidak ingin bercumbu dengan Bulan. Momentum itu telah usai dan kini saatnya bagi kami untuk pergi dari tempat ini. Terima kasih pantai Kuta Bali, di tempat ini aku mengabadikan momen indah bersama sang mentari di detik-detik kepergiannya.
terimmakasih atas rekomendasinya bro..
Memang paling mantep kalo sunset an di pantai bali. Apa lagi di pantai 66 beach.