Skip to content
Jejak Panorama
Menu
  • TIPS
  • WISATA KULINER
  • EDUKASI
  • UMUM
  • FIKSI
  • EVENT
  • FILM
  • OTOMOTIF
  • HOTEL
  • KAMPUS
  • SKINCARE
  • TEKNOLOGI
  • LIFESTYLE
  • WISATA TEMPAT
  • KEUANGAN
Menu

Gerbong Maut di Museum Brawijaya, Potret Sejarah Memilukan Pejuang Indonesia

Posted on 9 November 201810 Agustus 2022 by Muhammad Dzikrullah
           
          Beberapa hari yang lalu saya bersama teman-teman berkesempatan untuk mengunjungi salah satu museum yang cukup terkenal di kota Malang yaitu Museum Brawijaya. Museum ini terletak di Jalan Ijen Nomor 25 A Klojen Kota Malang. Museum ini terdapat banyak peninggalan-peninggalan bersejarah bagaimana perjuangan rakyat Indonesia termasuk juga terdapat koleksi senjata-senjata dan lain sebagainya. Salah satu benda yang terkenal adalah Gerbong Maut.
 
            Kami sempat berbincang-bincang dengan Pak Tabiin selaku pemandu di museum tersebut. Kami pun tertarik untuk bertanya seputar kisah sejarah Gerbong Maut. Bapak berusia 48 tahun itu menyatakan bahwa pada saat agresi militer yang pertama yaitu pada tahun 1947 pihak Belanda belum mengakui kemerdekaan negara Indonesia. Kemudian Belanda pun melakukan agresi militer di beberapa kota salah satunya adalah di Bondowoso. Pada saat itu banyak para pejuang atau tokoh masyarakat Indonesia yang ditangkap oleh penjajah Belanda. Para pejuang dan tokoh masyarakat  lalu dipenjarakan terlebih dahulu di Bondowoso.  Kemudian pada tanggal 23 November 1947 para pejuang dan tokoh masyarakat yang dipenjarakan tersebut dipindahkan ke LP Kali Plosok kota Surabaya.
 
Museum Brawijaya
            
      Karena jumlah pejuang yang banyak akhirnya para tahanan dimasukan kedalam tiga gerbong. Dalam tiga gebong itu berisi 100 orang pejuang yang akan dibawa ke kota Surabaya. Selama diperjalanan para pejuang tidak diberi makan dan minum. Seluruh gerbong ditutup rapat dan dikunci dari luar. Para pejuang pun harus berdesak-desakan di dalam Gerbong tersebut dan tidak ada sama sekali ventilasi udara sehingga menyebabkan panas sekali didalam gerbong tersebut. Setelah sampai di kota Surabaya banyak pejuang yang meninggal dunia. Dapat diketahui dari 100 pejuang yang ditahan terdapat 46 orang yang meninggal dunia, selanjutnya terdapat 11 orang yang sakit payah atau dalam keadaan kritis. Terdapat 12 orang yang masih dalam keadaan sehat dan yang mengalami sakit ringan sejumlah 31 orang.
 
            Karena banyak pejuang yang meninggal ketika berada di gerbong tersebut maka gerbong tersebut pun dinamai sebagai gerbong maut. Pada tahun 1948 Belanda pun melakukan agresi militer yang ke 2 dan pada tahun 1949 Belanda baru mengakui kemerdekaan negara Indonesia. Dengan diadakannya konferensi meja bundar di Belanda dengan itu pun Belanda akhirnya mengakui kemerdekaan negara Indonesia. Gerbong ini sebenarnya ditemukan di kota Jogjakarta. Setelah mengantarkan para pejuang dari Bondowoso ke Kota Surabaya Gerbong ini pun tidak terurus dan pada akhirnya ditemukan melalui nomor seri gerbong tersebut.
 
            Demikianlah bagaimana kisah memilukan para pejuang di gerbong maut di Museum Brawijaya tersebut, jika teman-teman tertarik untuk mencari tau lebih dalam lagi terkait kisah gerbong maut tersebut. Teman-teman pun bisa membaca buku yang telah disediakan di perpustakaan museum tersebut. Semoga kita bisa meneladani perjuangan para pejuang dan terus berjuang di era modern ini untuk Indonesia yang lebih baik. Semoga bermanfaat. 

8 thoughts on “Gerbong Maut di Museum Brawijaya, Potret Sejarah Memilukan Pejuang Indonesia”

  1. Fauziah berkata:
    4 Desember 2018 pukul 10:39 pm

    Ngeri ya.. Nggak bisa bayangin suasana d dalam gerbong 🙁

    Balas
  2. Tika berkata:
    16 Desember 2018 pukul 12:48 am

    LP Kalisosok maksudnya mungkin?

    Balas
  3. Ahmad Dzikrullah berkata:
    16 Desember 2018 pukul 5:06 am

    Iyaa mbak Zie.. sdah Ndak ada ventilasi mereka juga berdesek2 an

    Balas
  4. Ahmad Dzikrullah berkata:
    16 Desember 2018 pukul 5:06 am

    Iya mbak tika, saya waktu itu dengerin bapaknya agak samar nyebutbny hehehe

    Balas
  5. santisuhermina.com berkata:
    21 Desember 2018 pukul 12:34 pm

    Oh, gitu ya sejarahnya. Sering ke sana sih tapi Ra ngerti sejarahnya. He..he..

    Balas
  6. Ahmad Dzikrullah berkata:
    21 Desember 2018 pukul 12:51 pm

    Heheheh, kurang lebih seperti itu mbak

    Balas
  7. Lita berkata:
    24 Desember 2018 pukul 1:46 pm

    Pernah foto disitu pas masih kuliah, trus temen2 nakutin kalo itu berhantu hahaha

    Balas
  8. Ahmad Dzikrullah berkata:
    22 Februari 2019 pukul 3:55 am

    hehehe iya kayaknya gitu kak hihi

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tapak Jejak

Halo Semua! Selamat datang di jejakpanorama.com. Blog ini berisi tentang tempat-tempat yang pernah saya kunjungi, rekomendasi staycation, kuliner, dan berbagai informasi menarik lainnya.

Yuk dukung dan support saya jika konten atau tulisan saya bermanfaat ya!

Kamu bisa dukung saya di sini https://trakteer.id/dzik_jp/link

Terima kasih.

JEJAK POPULER

Contact us

Jika ingin bekerja sama, silahkan hubungi saya ke alamat email berikut:

dzikrulahmad11@gmail.com

Tempat saya berlangganan website murah dan mudah Klik di sini, konsultasi lebih lanjut dapat menghubungi saya melalui akun sosial media yang tertera.

Jadi blogger cuan dengan join Seedbacklink, KLIK DISINI!

 

Temukan Kami

Alamat Email 

dzikrulahmad11@gmail.com

Sosial Media
Instagram : @jejak_panorama @dzik_jp
Twitter  : @jejakpanorama

 

Jejak Trip

  • BALI
  • MALANG
  • LOMBOK
  • BLITAR
  • JEMBER
  • JEMBRANA
  • PACITAN
  • BANYUWANGI
  • JOGJAKARTA
  • BATU

Menu

  • Beranda
  • Tentang
  • SITEMAP
  • Kontak
  • Portofolio
Banner Bloggercrony
Seedbacklink
© 2025 JEJAK PANORAMA | Powered by Superbs Personal Blog theme
Go to mobile version