Sebelumnya saya telah menjelaskan tentang keindahan destinasi wisata Budug Asu Malang di postingan Jelajah Alam di Budug Asu Malang. Kali ini saya akan menjelaskan tentang beberapa kejadian yang cukup menarik untuk dibahas yaitu pengalaman mistis kelompok kami ketika melakukan pendakian di Budug Asu. Sebelum saya menceritakan lebih lanjut, kisah ini saya ceritakan berdasarkan pengalaman kami pribadi, jadi teman-teman boleh percaya atau tidak dengan keseluruhan kisah yang akan saya ceritakan ini. Bagi para pendaki, tentu tau apa yang harus mereka lakukan ketika sedang melakukan pendakian. Berada dipegunungan terdapat beberapa etika-etika yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan pada saat mendaki. Karena banyak mitos yang dipercaya akan mengganggu kehidupan lain yang ada di pegunungan tersebut. Terlepas dari semua itu benar atau tidak, terdapat etika yang harus kita lakukan selama pendakian.
Kami bertujuh orang dengan lima orang laki-laki dan dua perempuan saat itu sedang bersiap-siap untuk mendaki di Budug Asu. Rencana awal kami yang ingin mendaki jam 1 supaya agar dapat mencapai puncak sebelum maghrib ternyata molor hingga kami pun berangkat jam 5 sore. Kami berangkat dengan mobil Jeep hingga sampai titk awal pendakian. Seluruh peralatan lengkap dan kami pun siap melakukan pendakian. Namun, sebelum itu sebenarnya salah satu orang di kelompok pendakian ini ternyata ada yang sedang berulang tahun. Kemudian salah satu orang dikelompok itu ternyata juga sudah merencanakan sesuatu untuk mengerjainya di malam ulang tahunnya tersebut. Ia merencanakan untuk membawa kain putih dan menyamar menjadi hantu p*cong untuk menakut-nakuti temannya diulang tahunnya itu. Namun, sebelum hal tersebut terjadi, ternyata hal tersebut telah diketahui oleh temannya yang lain dan langsung melarangnya membawa kain putih itu ke gunung karena takut akan hal yang tidak diinginkan terjadi karena kain itu. Akhirnya dia pun mengurungkan untuk membawa kain tersebut.

Ok, next.. perjalanan sore hari itu biasa saja seperti biasanya, hari belum gelap dan masih ditemani dengan indahnya hamparan perkebunan teh disekitar track pendakian. Sampai di pos 2 hari sudah gelap dan jam sudah menunjukan jam 6 malam. Kemudian kami beistirahat dan bersiap untuk shalat maghrib dengan perlengkapan seadanya. Selesai shalat kami melanjutkan perjalanan, disepanjang jalan kami melihat beberapa orang yang sedang pergi ke puncak dan turun dengan menggunakan motor trail mereka. Kami pun sesekali juga menyapa para pendaki lainnya. Hingga tiba pada saatnya track pendakian benar-benar gelap dan sepi hanya tinggal kelompok kami saja yang ditemani dua senter didepan dan belakang barisan. Untuk memecah kesunyian disepanjang perjalanan kami pun berusaha mengobrol satu sama lain atau bernyanyi seperti pendaki biasa lainnya. Namun, ada beberapa saat dalam obrolan kami menggunakan lelucon yang seharusnya tidak pantas kami ucapkan di pegunungan tersebut. Hingga pada akhirnya sampai lah kami di pos 3 tempat dimana hal mistis itu terjadi.
Saat kami berada di pos 3, kami masih belum menyadari apapun dan begitu juga yang lain. Namun, aku sendiri yang berjalan paling belakang pada saat pendakian memang merasakan hal aneh. Yaitu tiba-tiba takut berada dibelakang sendirian dan langsung bersejajar berjalan bersama salah satu teman yang lain. Setelah itu sesampainya di puncak kami sampai jam setengah 9 malam. Kami membagi tugas yang satu mendirikan tenda dan satunya lagi memasak makanan. Selang beberapa menit dua tenda telah didirikan dan masakan telah siap untuk di makan. Sebelum kami beristirahat, kami bertujuh terlebih dahulu berkumpul jadi satu di tenda besar, hanya untuk sekedar cerita, curhat dan lain sebagainya. Saat waktu menunjukan semakin malam beberapa teman diantara kami juga ada yang merasakan suatu keanehan. Tetapi kami belum berani menceritakan hal tersebut ke satu sama lain karena memang hal-hal aneh yang kita alami akan kami ceritakan jika kami telah turun ke bawah lagi. Selanjutnya kami beristirahat hingga sampai sunrise tiba.
Pada saat perjalanan pulang kami beristirahat sebentar di rumah teman di Lawang, nah pada saat itulah kami mulai menceritakan hal-hal mistis yang kami rasakan selama pendakian. Pertama, pada saat pendakian kami di pos 3 sampai 4. Disini aku sendiri pun merasakan hal aneh, tiba-tiba takut berjalan sendirian di belakang. Padahal sebelumnya aku biasa saja menjadi orang paling belakang dan memegang senter. Ternyata dua orang dikelompok kami menyadari hal mistis tersebut. Ya.. kami satu kelompok yang berjumlah 7 orang itu namun pada saat pendakian jumlah kami 8 orang. 2 orang di kelompok kami menyadari hal tersebut tapi enggan untuk menceritakannya. Wajar saja di pos sebelumnya ia selalu bertanya jumlah orang berapa rek? Kita dengan lantang menjawab 7 orang. Namun di pos 3 ini kami berjumlah 8. Siapakah 1 sosok itu? Wallahu A’lam.
Kedua, pengalaman mistis yang kami rasakan yaitu ketika berada di dalam tenda, keasyikan mengobrol hingga kami baru benar-benar bisa istirahat pukul 3 pagi. Nah pada saat obrolan itu berlangsung 4 orang ditenda duduk dipojok dekat dinding tenda termasuk aku. Dikala asiknya mengobrol ada hal aneh yang kami rasakan. Yaitu ada orang yang menepuk punggung kami berempat secara bergantian. Lagi-lagi kami merasakan hal itu namun belum mau menceritakannya karena posisi kami yang sedang berada di alam lepas. Kami hanya bisa saling pandang dan berusaha meneruskan obrolan tersebut.
Sebenarnya terdapat pengalaman-pengalaman lain yang teman-teman rasakan, mulai dari suara benda jatuh dari atas pohon dan mendengar suara-suara aneh, namun, karena hal tersebut bersifat individu mungkin kami boleh percaya atau tidak. Nah demikianlah kisah mistis yang kami rasakan ketika mendaki di Budug Asu. Seyogyagnya ketika kita sedang mendaki atau menjelajah alam di Malam hari. Kita seharusnya juga menjaga etika, dan melakukan yang seharusnya dilakukan pendaki. Karena di hutan atau di gunung juga terdapat kehidupan lain yang harus kita hargai dan hormati juga agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.
*Cerita ini murni berdasarkan kisah yang dialami kelompok kami pribadi tanpa melebihkan dan mengurangi, jadi teman-teman boleh untuk percaya ataupun tidak terhadap kejadian itu kembali terhadap keyakinan kita masing-masing ya guys, semoga bisa mengambil pelajarannya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
"Mereka" memang ada di mana-mana, apalagi di gunung ya. Aku dulu cuma sampai tahap "takut nggak jelas" waktu di gunung. Tapi temen-temenku ada yang ngeliat "mereka", bahkan ada yang kesurupan juga.
wah cerita kakak lebih seram kayaknya.. sampe ada yang kesurupan juga..
pasti adalah kalau di gunung mah, banyak ya , hii aku takut
hehehe iya kak.. sebenarnya nggak serem sih kalo kita bisa jaga tata krama dan etika.. yang jelas Wisata Alam Budug Asu itu sangat bagus untuk dikunjungi kak..
hahahaha, ndak apa-apa kak biar ada nuansa horornya.. wkwkwk