Pada tahun 2020 lalu, kita dihantam oleh pandemi Covid 19 yang menghentikan berbagai aktivitas manusia di dunia. Mulai dari aktivitas ekonomi, perjalanan, keuangan hingga tranportasi pun seakan mulai melambat. Berbagai dampak dirasakan oleh warga, mulai dari kurangnya penghasilan akibat adanya isolasi mandiri sampai pembatasan akses pendidikan yang dilakukan secara daring. Semua serba terbatas di tengah-tengah perjuangan melawan Covid 19.
Walaupun di tengah-tengah surutnya aktivitas masyarakat, hal tersebut tidak menyurutkan semangat seorang pemuda bernama Gede Andika dalam memajukan desanya. Melalui gerakan inovatif yang dia lakukan dapat bermanfaat bagi masyarakat di desanya.

Kisah Gede Andika dan KREDIBALI
Hal ini bermula dari seorang pemuda bernama Gede Andika, atau lebih tepatnya I Gede Andika Wira Teja, pemuda asal Desa Pemuteran, Buleleng. Seorang pemuda Magister Ekonomi itu merupakan lulusan Universitas Gajah Mada (Yogyakarta). Kondisi Desa Pemuteran selalu ramai dikunjungi oleh turis, warga setempat pun menjadikan sektor pariwisata sebagai sumber penghasilan mereka. Namun semua hal tersebut menjadi berubah, lantaran adanya pandemi Covid 19 yang melanda beberapa negara di dunia termasuk Indonesia.
Alhasil banyak warga yang kehilangan pekerjaan mereka akibat pandemi tersebut. Di sisi lain pemerintah juga tengah menerapkan berbagai kebijakan untuk memutus penyebaran pandemic covid 19. Mulai dari pembatasan zona wilayah, isolasi mandiri hingga sistem pembelajaran yang dilakukan secara daring. Tidak semua anak dapat mengakses jaringan internet, maka pembelajaran luring pun tetap harus dilakukan
Melalui fenomena tersebut, Gede Andika pun membuat sebuah gerakan positif yang ia beri nama dengan KREDIBALI. Gerakan ini memiliki tujuan yaitu mengedukasi anak-anak kemampuan Bahasa Inggris secara luring dengan syarat cukup membayar dengan sampah plastik saja. KREDIBALI atau yang dikenal dengan Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan ini memiliki banyak manfaat dalam mengedukasi anak-anak dan membantu warga sekitar.

Gerakan KREDIBALI
Gerakan sederhana yang memiliki banyak manfaat ini tentu harus mendapat apresiasi positif dari berbgai pihak. KREDIBALI dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, anak-anak dapat datang langsung ke KREDIBALI untuk melakukan pembelajaran Bahasa Inggris secara luring. Ruangannya pun mendapat akses dari instansi setempat. Gede Andika lah sebagai pelopor gerakan ini yang sekaligus mengajar di kelas tersebut. Pembelajaran yang diajarkan sementara masih Bahasa Inggris saja karena mengingat desa tersebut sering didatangi turis, maka pelajaran Bahasa Inggris menjadi suatu mata pelajaran yang penting. Harapannya siswa memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang dapat mereka manfaatkan di desa mereka nanti.
Selanjutnya, syarat siswa agar dapat mengikuti pembelajaran di KREDIBALI adalah cukup membayar dengan sampah plastik. Nantinya sampah itu akan ditukarkan ke Plastic Exchange salah satu lembaga nirlaba Bank Sampah di Bali. Kemudian setiap hasil dari penukaran sampah tersebut dibagikan kepada warga sekitar yang membutuhkan.

Cinta Alam dengan Ilmu Pengetahuan
Gerakan tersebut tentu menjadi sebuah langkah positif dalam menjaga lingkungan. Sampah plastik yang kian hari makin tak terkendali, menjadi tugas bersama dalam menjaganya. Sampah plastik juga masih menjadi polemik di negeri ini, bencana alam banjir, penumpukan sampah terjadi disebabkan oleh sampah plastik yang menumpuk. Maka perlu adanya edukasi secara merata agar dapat menyadarkan lebih banyak orang lagi dalam pengelolaan sampah plastik yang baik.
Gede Andika melalui kemampuan yang ia miliki, ia tanpa pamrih mengajar anak-anak dengan memilih syarat sampah plastik sebagai media pembayarannya. Adanya lembaga nirlaba bank sampah juga menjadi pendukung terlaksananya program tersebut secara maksimal.
Hal ini menjadi contoh positif dalam sebuah gerakan yang mendukung kelestarian alam, secara tidak langsung anak-anak tidak hanya belajar Bahasa Inggris saja, melainkan juga menumbuhkan rasa cintanya kepada lingkungan. Terwujudnya ekosistem yang baik antara pengumpul sampah plastik dan lembaga bank sampah menjadi kunci suksesnya program tersebut.
Harapannya semakin banyak lagi, para pemuda yang mampu mencurahkan ide mereka dalam memajukan desa setempat. Atas gerakan positif yang dilakukan oleh Gede Andika, beliau pun mendapat apresiasi dari SATU Indonesia Awards 2021 dan Astra Internasional dalam kategori pejuang tanpa pamrih. Semoga nantinya program tersebut akan terus berkembang hingga mampu menginspirasi banyak orang.
Kisah di atas merupakan langkah sederhana yang tentu semua orang bisa lakukan dalam menjaga lingkungan, melalui tulisan ini juga saya ingin mengajak mari kita bersama turut menjadi pelopor untuk diri kita dan orang-orang di sekitar kita dalam menjaga lingkungan. Langkah sederhana dalam pengelolaan sampah plastik dapat menjadi langkah kecil yang nantinya dapat menyelamatkan generasi selanjutnya dan untuk alam yang lebih baik.
Wah menginspirasi sekali kak Gede Andika dengan inisiatif sebagai pelopor pusat belajar Bahasa Inggris jadi tertarik untuk melahirkan PKBM saya yang sempat tertunda. Menariknya lagi cukup bayar dengan sampah palstik wow mengagumkan sekali Bli Gede Andika, salute. selalu semangat dan menginspirasi ya Bli., Salam
Keren ya. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui ini namanya. Ya, melalui KREDIBALI ini, selain ikut mencerdaskan anak bangsa ikut juga berkontribusi dalam melestarikan alam.
Idenya keren juga sih ini. Nggak kepikiran. Sebenarnya sampah yang dikumpulkan pun nggak seberapa jika dibandingkan dengan ilmu yg didapatkan tapi keikhlasan agar anak2 bisa bahasa asing.